Jangan Jadi Gelas


Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya. “Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.
Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.” Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru. “Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.” Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin. “Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru. “Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis. Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.” Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.
“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya. “Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?” “Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air danmeminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”
Si murid terdiam, mendengarkan. “Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”

By cerita inspirasi on Selasa, 27 Juli 2010 | A comment?

Analogi Tukang Cukur


Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut merapikan brewoknya.
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat. Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan,dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.
Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.
“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.
“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan…. untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit??, Adakah anak terlantar?? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar mlungker-mlungker- istilah jawa-nya”, kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,” Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”
Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.
“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”
“Tidak!” elak si konsumen.
“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.
“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.
” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.
“Cocok!” kata si konsumen menyetujui.” Itulah point utama-nya!. Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !, Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”
Si tukang cukur terbengong !!!!

By cerita inspirasi | A comment?

Tukang Cukur


Ada seorang tukang cukur tua yang baik hati di sebuah kota di United States. Suatu hari seorang penjual bunga datang kepadanya untuk memotong rambut. Selesai potong rambut, dia bermaksud membayar tetapi tukang cukur menjawab, “Maaf, saya tidak dapat menerima uang darimu. Saya melakukan pelayanan.” Si penjual bunga sangat gembira dan meninggalkan tukang cukur tersebut.
Pada keesokan paginya, ketika si tukang cukur membuka toko, ada sebuah kartu ucapan terima kasih dan selusin bunga mawar yang telah menanti di depan pintu.
Seorang polisi datang untuk potong rambut dan dia pun bermaksud membayar setelah selesai dipotong rambutnya. Tetapi, si tukang cukur pun menjawab, “Maaf, saya tidak dapat menerima uang darimu. Saya melakukan pelayanan.” Si polisi pun sangat gembira dan meninggalkan tukang cukur tersebut.
Pada keesokan paginya,ketika si tukang cukur membuka toko, ada sebuah kartu ucapan terima kasih dan selusin donat yang telah menanti di depan pintu.
Di hari berikutnya datanglah seorang software engineer dari Indonesia untuk potong rambut, ketika dia hendak membayar, si tukang cukur pun menjawab, “Maaf, saya tidak dapat menerima uang darimu. Saya melakukan pelayanan.” Si software engineering dari Indonesia pun amat sangat gembira dan meninggalkan tukang cukur tersebut.
Pada keesokan paginya, ketika si tukang cukur membuka toko, coba tebak apa yang tukang cukur temukan di depan pintu???
Dapatkah kamu menebaknya???
Apakah kamu belum tahu jawabannya???
Ayo. Berpikirlah seperti orang indonesia!!!
OK!!!! OK!!!!
Selusin orang Indonesia telah menunggu untuk potong rambut GRATIS!!!!

By cerita inspirasi on Senin, 26 Juli 2010 | A comment?

Ketika Gubukku Terbakar


Satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal, terdampar di pulau yang kecil dan tak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelamatkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang.
Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai.
Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah, hilanglah semuanya. Dia sedih dan marah.
“Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?” dia menangis.
Pagi- pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya.
“Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?” tanya pria itu kepada penyelamatnya.
“Kami melihat tanda asapmu”, jawab mereka.
Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk.Tetapi kita tidak boleh goyah, karena Tuhan bekerja di dalam hidup kita, juga ketika kita dalam kesakitan dan kesusahan.
Ingatlah, ketika gubukmu terbakar, mungkin itu “tanda asap” bagi kuasa Tuhan.Ketika ada kejadian negative terjadi, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tersebut.

By cerita inspirasi on Minggu, 25 Juli 2010 | A comment?

Ketika Air Kehidupan Mengalir


Seorang pria mendatangi Sang Guru, “Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha
saya kacau. Apa pun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati saja.
“Sang Guru tersenyum, “Oh, kamu sakit.” “Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, Sang Guru meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu dinamakan Alergi Hidup.”
Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit.
Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan
membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng.
Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini?
Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa, dan menderita.
“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku,” kata Sang Guru.
“Tidak Guru, tidak! Saya sudah betul-betul bosan. Saya tidak ingin hidup,” pria itu menolak tawaran sang guru.
“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?” “Ya, memang saya sudah bosan hidup.” “Baiklah, kalau
begitu maumu. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok petang. Besok malam kau akan mati dengan tenang.”
Giliran pria itu jadi bingung. Setiap guru yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat
hidup. Yang satu ini aneh. Ia malah menawarkan racun. Tetapi karena ia memang sudah betul-betul jemu, ia menerimanya dengan senang hati.
Sesampai di rumah, ia langsung menenggak setengah botol”obat” dari Sang Guru. Dan… ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.. . Begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu,ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.
Pikir-pikir malam terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai
banget! Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu. “
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya dan ia tergerak untuk melakukan jalan pagi. Pulang ke rumah setengah jam kemudian, ia melihat istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya.
Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istri pun merasa aneh sekali.
Selama ini, mungkin aku salah, “Maafkan aku, sayang.”
Di kantor, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” Dan sikap mereka pun
langsung berubah. Mereka menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap perbedaan pendapat.
Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang ke rumah petang itu, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, ”Pa, maafkan kami semua. Selama ini Papa selalu stress karena perilaku kami.”
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali.Seketika hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk
bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum? Ia mendatangi Sang Guru lagi. Melihat wajah pria
itu, Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok. Kau sudah sembuh!
Jika kau hidup dalam kekinian, jika kau hidup dengan kesadaran bahwa engkau bisa mati kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Hilangkan egomu, keangkuhanmu. Jadilah lembut,selembut air, dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah jalan menuju ketenangan. Itulah kunci kebahagiaan. “
Pria itu mengucapkan terima kasih, lalu pulang untuk mengulangi pengalaman sehari terakhirnya. Ia terus mengalir. Kini ia selalu hidup dengan kesadaran bahwa ia bisa mati kapan saja.´Itulah sebabnya, ia selalu tenang, selalu bahagia!
Tunggu. Kita semua SUDAH TAHU bahwa kita
BISA MATI KAPAN SAJA.
Tapi masalahnya: apakah kita SELALU SADAR bahwa
kita BISA MATI KAPAN SAJA?

By cerita inspirasi | A comment?

Penebang Pohon


Apakah Produktivitas & Kreativitas Anda menurun?
Pernahkan Anda merasakan bahwa produktivitas anda makin hari makin rendah? atau tambah lama kreativitas anda makin berkurang? dsb. Padahal, waktu yg anda curahkan bagi pekerjaan tsb sama besarnya dgn sebelumnya. Bahkan anda sudah bekerja & menghabiskan lebih banyak waktu, tenaga, dana, dsb. Namun hasilnya bukan tambah baik, melainkan tambah merosot.
Suatu hari, di sebuah rumah makan, saya berbincang2 dengan salah satu rekan. la salah seorang manajer sebuah perusahaan consumer goods. Sambil makan, ia ngomel2 “Saya ini kerja keras setiap hari buat perusahaan, udah ngantor seJak 6-7 pagi, pulang jam 9-10 malem. Bahkan Minggu sering keliling ke para customers. Kok saya masih kalah juga sama si-Edward (nama samaran)?. Dia tuh kerjanya santai, masuk jam 8 pulang jam 5. Sabtu-Minggu nggak kerja, rekreasi melulu. Malah suka mencampuradukkan urusan kantor sama keluarga, liat aja kalo istirahat makan siang suka direpoti makan bareng sama anak istrinya. Meja kantornya juga nggak professional blass… masak foto2 keluarga dipajang disitu???” Hahahaha, Saya tersenyum melihatnya. Akhirnya setelah 15 menit mendengarnya ngomel2. Saya menceritakan sebuah kisah padanya.
Dahulu kala, ada seorang penebang kayu yang sangat kuat. la mendapatkan pekerjaan dan perusahaan penebangan kayu. Ia mendapat upah tinggi & kondisi kerja yg baik. Karena itu, penebang kayu ini berusaha bekerja sebaik mungkin. Atasannya memberi kampak & menunjukan tempat kerjanya.
Hari pertama, penebang kayu ini merobohkan 18 batang pohon. Atasannya sangat terkesan & berkata, “Bagus, teruskan pekerjaanmu!”. Termotivasi oleh perkataan atasan, sang penebang kayu bekerja lebih keras esok hari, tapi hanya dapat menebang 15 pohon saja. Hari ketiga dia mencoba lebih keras lagi, tapi dia hanya dapat menebang 10 batang pohon. Hari demi hari pohon yg ditebangnya menjadi lebih sedikit.
“Saya pasti telah kehilangan kekuatan saya”, penebang kayu berpikir dalam hatinya. Dia pergi ke atasannya dan minta maaf, sambil berkata bahwa dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. “Kapan terakhir kali engkau mengasah kapakmu?” tanya sang atasan. “Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kampak saya. Saya sibuk sekali menebang pohon2.”
Nah, sekarang mengertikah anda apa gunanya mengasah??? Kehidupan ini, seperti kapak, perlu diasah,setiap hari agar selalu tajam & mampu menebang segala kesulitan dengan baik. Bila anda tidak mengasahnya, maka perlahan2, anda akan kehilangan ketajaman meskipun anda tak kehilangan kekuatan. Asahlah Kapak Anda !!! Nah, tapi Bagaimana cara mengasahnya?
Banyak hal yang bisa mengasahnya….seminar bisa sangat membantu, banyak buku yg sangat bagus utk dipelaj1ari, namun mengasah bukan hanya hal2 tersebut. Dalam kehidupan mental & kerohanianpun anda juga perlu diasah. Ibadah bukanlah sekedar utk menghapus dosa, melainkan juga membantu Anda hidup dgn “Balance” atau seimbang. Rekreasi bersama keluarga juga sangat penting. Sediakanlah waktu untuk semuanya itu.
Hidup tak hanya untuk bekerja, namun juga untuk dinikmati. Mengasah justru harus dimulai dari sikap pribadi Anda. Bila bertemu pimpinan, rekan ataupun bawahan, sapalah terlebih dahulu, anda akan dihormati karena itu. Setiap kali bertemu ortu, istri & anak anda, ciumlah, peluklah atau paling tidak eluslah rambutnya!!! Percaya atau tidak, anda akan lebih dicintai karena itu. Konyol ??? ah tidak !!! jangan pernah peduli berapapun umur anda & mereka, bukankah cinta tak memandang usia?
Cobalah melakukannya !!! saya jamin anda akan sulit melakukannya di tahap awal. Namun bila sudah mencobanya, anda akan melihat sendiri betapa dahsyat efek yg akan terjadi !!!
Kapan terakhir kali Anda mengasah kapak? Segera asahlah sekarang .!!

By cerita inspirasi on Jumat, 23 Juli 2010 | A comment?

Charlie Chaplin

ANAK JALANAN YG MENGUBAH DUNIA
Ingatkah Anda seorang pria berjas hitam yg aneh & kikuk dgn kumis lucu dibawah hidungnya, membawa tongkat, bercelana kedodoran & sepatu kebesaran & topi bulat kecil. Dialah Charlie Chaplin. Seorang komedian paling terkenal di-planet bumi. Sepanjang 1910-1920-an bahkan hingga sekarang. ia tetap salah satu yg terbesar dalam sejarah komedi.
Charlie adalah anak seorang seniman musik di Inggris. Ialahir tahun 1889, dalam kondisi sangat miskin. Masa kecilnya dilalui dgn hidup susah & mengais makan dijalanan sesudah ayahnya meninggalkannya & ibunya masuk penjara. Akhirnya ia masuk panti asuhan & bekerja di dinas sosial. Menjelang remaja, ia mencari nafkah dgn bekerja sbg aktor teater & komedian yg sering jadi korban digebuki aktor2 lain dipanggung. Tapi ia tetap tekun & tabah.
Berkat kerja kerasnya, pada umur 17 tahun, ia telah ditempa menjadi pemain panggung yg mahir. Pada saat usianya menginjak 20-an, ia bekerja di Key Stone Studio-Hollywood bersama Mack Sennet dgn gaji 150 US per minggu, Dan ia terus bekerja keras. Pada tahun2 awal bisnis film, ia juga terlibat membuat hingga 35 film sebagai aktor, sutradara, penulis, kameraman, bahkan pesuruh,dsb. Apapun dia kerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup & obsesinya.
Orang2 penting didunia film mulai memperhitungkan kehadirannya. Pada tahun 1915 penghasilannya sudah mencapai 5000 US per-bulan. Bahkan pada tahun 1918 ia menandatangani kontrak senilai 1 juta US nilai kontrak film terbesar pada masa itu. Ia menjadi kaya, termashyur & tokoh perfilman paling berkuasa saat itu.
Keberhasilannya didasari ketabahan, ketekunan & semangatnya utk terus belajar. Dlm suatu wawancara ia menjelaskan Saya selalu menganalisa setiap film saya. Bila ada adegan yg saya anggap lucu namun penonton tidak tertawa, saya segera meneliti kesalahan adegan itu & membuangnya dari film saya yg lain. Bila ada adegan yg menurut saya tak lucu, namun membuat penonton tertawa, saya segera bertanya pd diri saya sendiri, hal apa yg membuat adegan itu lucu & saya terus memperbaikinya.” dan ia pekerja keras yg tekun, tabah & terus menapak sukses.
Hingga saat ini, ia diakui sebagai salah satu pembuat film terbesar sepanjang masa & karya2nya mendapat tempat terhormat di-bisnis hiburan. Bahkan penulis naskah & pengamat film terkenal, James Agee mengatakan “Pantomin terbaik, Emosi terdalam, Puisi2 Terkaya & paling menyentuh. Semuanya ada di dalam karya2 Chaplin”
Seandainya Chaplin terjebak dlm kesombongan & berhenti belaJjar, maka nasibnya akan seperti aktor2 film bisu lainnya yg tak pernah dikenal saat ini. Namun ia terus tekun belajar, tak kenal menyerah & terus bertumbuh sebagai aktor, sutradara & produser film termashyur di-dunia. Bersama dgn rekan2 artis lainnya, Douglas Fairbank, Mary Pickford & D.W..Griffith, la juga salah satu pendiri UA (United Artist). Perusahaan raksasa yg memproduksi film2 top Hollywood tersebut, masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Siapa menyangka, anak lelaki yang mengais2 makanan di-tong sampah dimasa kecilnya ini akan menjadi salah satu komedian paling termashyurdibumi.

By cerita inspirasi on Minggu, 18 Juli 2010 | 1 comment

13 Langkah Pengembangan Diri

Untuk mencapai apa yang Anda inginkan saat ini, yaitu mengembangkan diri Anda, diperlukan kesadaran, kemauan dan komitmen yang tinggi dari diri Anda sendiri.
Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan dalam proses pengembangan diri Anda. Dibawah ini 13 langkah yang dapat anda baca untuk dapat anda lakukan.
Langkah-langkah dibawah menguraikan intinya saja. Untuk uraian yang lebih detail , Anda dapat lihat di artikel dan tulisan blog lainnya di situs ini.
1) Bersyukur
Bersyukurlah pada apa yang ada pada diri Anda saat ini. Terimalah apa adanya. Jangan merasa kehilangan pada apa yang tidak ada pada Anda saat ini. Juga jangan menyesali kondisi Anda pada saat ini dengan mengharapkan kondisi yang lain. Terimalah apa adanya. Anda harus benar-benar pasrah menerima kondisi Anda saat ini. Jangan salahkan orang lain, apalagi Tuhan. Kita selalu lupa, bahwa sebelum sampai di saat ini, begitu banyak pertolongan yang kita terima, besar atau kecil, sehingga memungkinkan kita bisa sampai di saat ini. Pasrah dalam hal ini, bukanlah berarti tidak melakukan sesuatu, tapi benar2 tulus menerima keadaan, dan siap untuk memperbaiki bila merasa perlu. Bila anda dapat robah, lakukan…tapi bila tidak terimalah….
2) Sayangi dirimu
Sayangilah dirimu dahulu sebelum menyayangi orang lain. Karena diri Anda adalah yang utama. Tubuh sebagai jiwa yang tampak dan jiwa sebagai tubuh yang tak tampak harus disayang setiap saat. Ucapkanlah rasa sayang Anda pada keduanya, setiap saat….
3) Observasi diri Anda
Cobalah untuk observasi diri Anda sendiri. Siapakah Anda saat ini dan ingin menjadi apa dikemudian hari. Apakah Anda seorang pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pegawai, penarik ojek, petani, pengusaha, atau bahkan pemimpin-peminpin negara, cobalah berikan waktu untuk merenung dan memikirkan siapakah Anda sebenarnya saat ini?
4) Open mind dan belajar
Anda harus open mind untuk dapat mengetahui diri Anda dan melakukan pengembangan. Cobalah untuk menerima semua input informasi yang Anda terima. Terima dahulu informasi itu, jangan langsung disalahkan atau dicerca , tetapi juga jangan langsung percaya sebelum anda menantang info itu dengan belajar lebih lanjut. Selanjutnya bila info itu cocok dengan keperluan Anda dan diri Anda sendiri, gunakanlah info itu. Belajar perlu karena fungsi dari ilmu pengetahuan itu sendiri adalah untuk membuat Anda merasa tidak tahu. Bila ilmu pengetahuan yang telah Anda pelajari membuat anda merasa mengetahui segalanya, berarti ilmu itu tidak mencapai sasarannya. ”Mengetahui” hanya akan membuat Anda bodoh dan kekurangan.
5) Buat Komitmen
Buatlah komitmen yang setinggi-tingginya, jangan pada yang kecil-kecil. Semakin besar komitmen Anda semakin besar energi atau kekuatan yang timbul dalam diri Anda. Selain itu semakin banyak kemudahan dan sumber yang akan datang pada anda. Misalnya Anda mempunyai pabrik kecil pengolahan beras, janganlah buat komitmen seperti : ”pabrik berasku akan jadi besar dan sukses”, tapi cobalah komitmen seperti ” aku akan tingkatkan pendapatan semua petani di Indonesia”.
6) Sampah…no please
Jangan mau menerima kemarahan, ledekan, pikiran negatif dan lainnya dari orang lain. Itu semua adalah sampah. Kalau posisi Anda membuat anda harus mendengarkan semua yang negatif itu, cobalah dengan berbagai cara yang anda miliki untuk tidak dimasukkan dalam perasaan Anda. Jangan dimasukkan dalam subconscious mind Anda. Buang cepat2 sampah itu. Atau sebaliknya, janganlah sering mengumbar kemarahan Anda. Misalnya Anda marah karena bawahan Anda salah mengerjakan tugas yang Anda perintahkan, cobalah mengatasi hal itu dengan kepala dingin tanpa mengumbar emosi kemarahan Anda. Karena bila anda marah, Anda akan menjadi tidak lebih baik dari bawahan Anda yang membuat kesalahan itu. Ia salah karena tidak mengerjakan tugasnya dengan baik, tapi Anda, karena marah, perasaan dan subconscious mind Anda menjadi terganggu….dan ini akan tinggal lebih lama dalam diri Anda.
7) Be happy
Berusahalah untuk gembira setiap saat. Segera ambil tindakan untuk membuat Anda gembira saat ini juga. Nikmati hidup. Tapi jangan berusaha untuk menjadi orang yang berbahagia, karena Anda akan menjadi orang yang selalu berusaha saja. Lakukanlah…gembiralah saat ini juga, gembiralah karena membaca halaman ini.
Bertanggung jawab
Anda harus bertanggung jawab pada apa yang anda lakukan. Jangan membodohi diri sendiri dengan melepas tanggung jawab Anda. Tindakan baik Anda akan menerima balas jasa dan tindakan buruk Anda akan menerima ganti rugi. Itu pasti.
9) Saling menghargai
Hargailah orang lain. Hargai pendapat, kepercayaan orang lain. Anda akan dihargai kalau Anda menghargai orang lain.
10) Kasih sayang
Tebarkanlah dan lakukanlah segala sesuatu dengan kasih sayang, kasih sayang tanpa pamrih.
11) Memberi dan menerima
Cobalah untuk memberi dengan ikhlas dan menerima dengan pasrah. Dengan memberi bukan berarti Anda lebih baik dari si penerima. Semuanya ada tujuan. “What you give, you should recieve”
12) Challenge atau tantanglah
Tantanglah semua informasi yang Anda terima. Jangan langsung percaya pada yang Anda pernah dengar, karena banyak dibicarakan orang, karena diturunkan dari berbagai generasi, karena datang dari otoritas yang lebih tinggi. Tapi tantanglah, periksalah dan pahamilah apapun itu. Jika itu sesuai dengan Anda dan akan mendatangkan kebaikan bagi semuanya, baru Anda terima dan berbuatlah sesuai dengan hal itu.
13) Cintailah yang Maha Kuasa
Cintai dan dekatkanlah diri Anda dengan yang Maha Kuasa. Serahkan diri Anda pada Nya.

By cerita inspirasi | A comment?

3 Pintu Kebijaksanaan

Seorang Raja, mempunyai anak tunggal yg pemberani, trampil dan pintar. Untuk menyempurnakan pengetahuannya, ia mengirimnya kepada seorang pertapa bijaksana.
“Berikanlah pencerahan padaku tentang Jalan Hidupku” Sang Pangeran meminta.
“Kata-kataku akan memudar laksana jejak kakimu di atas pasir”, ujar Pertapa.”Saya akan berikan petunjuk padamu, di Jalan Hidupmu engkau akan menemui 3 pintu.
Bacalah kata-kata yang tertulis di setiap pintu dan ikuti kata hatimu.
Sekarang pergilah sang Pertapa menghilang dan Pangeran melanjutkan perjalanannya.
Segera ia menemukan sebuah pintu besar yang di atasnya tertulis kata “UBAHLAH DUNIA”
“Ini memang yang kuinginkan” pikir sang Pangeran. “Karena di dunia ini ada hal-hal yang aku sukai dan ada pula hal-hal yang tak kusukai. Aku akan mengubahnya agar sesuai keinginanku”
Maka mulailah ia memulai pertarungannya yang pertama, yaitu mengubah dunia. Ambisi, cita-cita dan kekuatannya membantunya dalam usaha menaklukkan dunia agar sesuai hasratnya. Ia mendapatkan banyak kesenangan dalam usahanya tetapi hatinya tidak merasa damai. Walau sebagian berhasil diubahnya tetapi sebagian lainnya menentangnya.
Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari, ia bertemu sang Pertapa kembali.
“Apa yang engkau pelajari dari Jalanmu ?” Tanya sang Pertapa
“Aku belajar bagaimana membedakan apa yang dapat klakukan dengan kekuatanku dan apa yang di luar kemampuanku, apa yang tergantung padaku dan apa yang tidak tergantung padaku” jawab Pangeran
“Bagus! Gunakan kekuatanmu sesuai kemampuanmu. Lupakan apa yang diluar kekuatanmu, apa yang engkau tak sanggup mengubahnya” dan sang Pertapa menghilang.
Tak lama kemudian, sang Pangeran tiba di Pintu kedua yang bertuliskan “UBAHLAH SESAMAMU”
“Ini memang keinginanku” pikirnya. “Orang-orang di sekitarku adalah sumber kesenangan, kebahagiaan, tetapi mereka juga yang mendatangkan derita, kepahitan dan frustrasi”
Dan kemudian ia mencoba mengubah semua orang yang tak disukainya. Ia mencoba mengubah karakter mereka dan menghilangkan kelemahan mereka. Ini menjadi pertarungannya yang kedua.
Tahun-tahun berlalu, kembali ia bertemu sang Pertapa.
“Apa yang engkau pelajari kali ini?”
“Saya belajar, bahwa mereka bukanlah sumber dari kegembiraan atau kedukaanku, keberhasilan atau kegagalanku. Mereka hanya memberikan kesempatan agar hal-hal tersebut dapat muncul. Sebenarnya di dalam dirikulah segala hal tersebut berakar”
“Engkau benar” Kata sang Pertapa. “Apa yang mereka bangkitkan dari dirimu, sebenarnya mereka mengenalkan engkau pada dirimu sendiri.
Bersyukurlah pada mereka yang telah membuatmu senang & bahagia dan bersyukur pula pada mereka yang menyebabkan derita dan frustrasi.
Karena melalui mereka lah, Kehidupan mengajarkanmu apa yang perlu engkau kuasai dan jalan apa yang harus kau tempuh”
Kembali sang Pertapa menghilang.
Kini Pangeran sampai ke pintu ketiga “UBAHLAH DIRIMU”
“Jika memang diriku sendiri lah sumber dari segala problemku, memang disanalah aku harus mengubahnya” . Ia berkata pada dirinya sendiri.
Dan ia memulai pertarungannya yang ketiga. Ia mencoba mengubah karakternya sendiri, melawan ketidak sempurnaannya, menghilangkan kelemahannya, mengubah segala hal yg tak ia sukai dari dirinya, yang tak sesuai dengan gambaran ideal.
Setelah beberapa tahun berusaha, dimana sebagian ia berhasil dan sebagian lagi gagal dan ada hambatan, Pangeran bertemu sang Pertapa kembali.
“Kini apa yang engkau pelajari ?”
“Aku belajar bahwa ada hal-hal di dalam diriku yang bisa ditingkatkan dan ada yang tidak bisa saya ubah”
“Itu bagus” ujar sang pertapa. “Ya” lanjut Pangeran, “tapi saya mulai lelah untuk bertarung melawan dunia, melawan setiap orang dan melawan diri sendiri. Tidakkah ada akhir dari semuai ini ? Kapan saya bisa tenang ? Saya ingin berhenti bertarung, ingin menyerah, ingin meninggalkan semua ini !”
“Itu adalah pelajaranmu berikutnya” ujar Pertapa. Tapi sebelum itu, balikkan punggungmu dan lihatlah Jalan yang telah engkau tempuh”.
Dan ia pun menghilang.
Ketika melihat ke belakang, ia memandang Pintu Ketiga dari kejauhan dan melihat adanya tulisan di bagian belakangnya yang berbunyi “TERIMALAH DIRIMU”.
Pangeran terkejut karena tidak melihat tulisan ini ketika melalui pintu tsb.
“Ketika seorang mulai bertarung, maka ia mulai menjadi buta” katanya pada dirinya sendiri.
Ia juga melihat, bertebaran di atas tanah, semua yang ia campakkan, kekurangannya, bayangannya, ketakutannya. Ia mulai menyadari bagaimana mengenali mereka, menerimanya dan mencintainya apa adanya.
Ia belajar mencintai dirinya sendiri dan tidak lagi membandingkan dirinya dengan orang lain, tanpa mengadili, tanpa mencerca dirinya sendiri.
Ia bertemu sang Pertapa, dan berkata “Aku belajar, bahwa membenci dan menolak sebagian dari diriku sendiri sama saja dengan mengutuk untuk tidak pernah berdamai dengan diri sendiri. Aku belajar untuk menerima diriku seutuhnya, secara total dan tanpa syarat.”
“Bagus, itu adalah Pintu Pertama Kebijaksanaan” , ujar Pertapa. “Sekarang engkau boleh kembali ke Pintu Kedua”
Segera ia mencapai Pintu Kedua, yang tertulis di sisi belakangnya “TERIMALAH SESAMAMU”
Ia bisa melihat orang-orang di sekitarnya, mereka yang ia suka dan cintai, serta mereka yang ia benci. Mereka yang mendukungnya, juga mereka yang melawannya.
Tetapi yang mengherankannya, ia tidak lagi bisa melihat ketidaksempurnaan mereka, kekurangan mereka. Apa yang sebelumnya membuat ia malu dan berusaha mengubahnya.
Ia bertemu sang Pertapa kembali, “Aku belajar” ujarnya “Bahwa dengan berdamai dengan diriku, aku tak punya sesuatupun untuk dipersalahkan pada orang lain, tak sesuatupun yg perlu ditakutkan dari merela. Aku belajar untuk menerima dan mencintai mereka, apa adanya.
“Itu adalah Pintu Kedua Kebijaksanaan” ujar sang Pertapa, “Sekarang pergilah ke Pintu Pertama”
Dan di belakang Pintu Pertama, ia melihat tulisan “TERIMALAH DUNIA”
“Sungguh aneh” ujarnya pada dirinya sendiri “Mengapa saya tidak melihatnya sebelumnya”. Ia melihat sekitarnya dan mengenali dunia yang sebelumnya berusaha ia taklukan dan ia ubah.
Sekarang ia terpesona dengan betapa cerah dan indahnya dunia. Dengan kesempurnaannya.
Tetapi, ini adalah dunia yang sama, apakah memang dunia yang berubah atau cara pandangnya?
Kembali ia bertemu dengan sang Pertapa : “Apa yang engkau pelajari sekarang ?”
“Aku belajar bahwa dunia sebenarnya adalah cermin dari jiwaku. Bahwa Jiwaku tidak melihat dunia melainkan melihat dirinya sendiri di dalam dunia. Ketika jiwaku senang, maka dunia pun menjadi tempat yang menyenangkan. Ketika jiwaku muram, maka dunia pun kelihatannya muram.
Dunia sendiri tidaklah menyenangkan atau muram. Ia ADA, itu saja.
Bukanlah dunia yang membuatku terganggu, melainkan ide yang aku lihat mengenainya.
“Itu Pintu Ketiga Kebijaksanaan” ujar sang Pertapa. “Sekarang engkau berdamai dengan dirimu, sesamamu dan dunia” Sang pertapa pun menghilang.
Sang pangeran merasakan aliran yang menyejukkan dari kedamaian, ketentraman, yang berlimpah merasuki dirinya. Ia merasa hening dan damai.

By cerita inspirasi | A comment?

3 Karung Beras

“JGN MENILAI CRITA INI PANJANG, TP NILAI LAH MAKNA CRITA INI, SGT MENGHARUKAN…
——————————————
Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.
Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.
Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. …
Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.
Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.
Dan kemudian berkata kepada ibunya: ” Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah”. Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : “Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana”.
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.
Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.
Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya. Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : ” Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran”. Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.
Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: “Masih dengan beras yang sama”. Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : “Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.
Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya” .
Sang ibu sedikit takut dan berkata : “Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : “Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam- macam jenis beras”. Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.
Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: “Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !”.
Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: “Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis”. Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: “Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi.”
Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.
Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.
Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: “Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu.” Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: “Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini.”
Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.
Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.
Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.
Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : “Inilah sang ibu dalam cerita tadi.”
Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar.
Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata: “Oh Mamaku…… ……… …
Inti dari Cerita ini adalah:
Pepatah mengatakan: “Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan sepanjang kenangan” Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya. Mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun mama kita berada dengan satu kalimat: ” Terimakasih Mama..

By cerita inspirasi on Sabtu, 17 Juli 2010 | A comment?

Saat Yang Tepat Untuk Memberi

Kejadiannya berlangsung beberapa tahun yang lalu. Malam itu saya dan istri saya baru selesai makan kenyang di suatu restoran terkenal. Suasana malam itu memang kurang enak karena saat makan malam sempat terlontar beberapa komentar dari saya yang mungkin kurang berkenan di hati istri saya, Louis. Yah, memang saya termasuk spesies yang kurang pandai berkata-kata dan kurang sensitif dalam perasaan.
Saat meninggalkan restoran, saya masih dalam keadaan kekenyangan, dan saat itu terdengar suara seorang pria di lapangan parkir. Dari plat nomer mobilnya, saya tahu ia berasal dari luar kota yang cukup jauh. Pria itu mengeluarkan sebagian kepalanya dari mobil dan mengajak saya bicara.
“Maaf pak, saya dan istri sedang mencari kamar untuk bermalam, semua hotel di sekitar sini telah penuh. Dapatkah Bapak memberikan usul kepada kami dimana kami bisa bermalam?”
Hal itu tidak mengejutkan saya, belakangan ini memang saat banyak-banyaknya turis berkunjung ke kota saya. Tidak heran dia kehabisan kamar untuk bermalam. Saat pria itu bicara, saya melihat bahwa dia dan istrinya adalah pasangan muda, dan menurut pandangan mata saya, istri pria itu sedang hamil besar.
Karena suasana hati saya memang sedang kurang enak, saya tidak ingin berpanjang kata dengannya. Saya mengatakan padanya untuk tetap berusaha mencari terus, kunjungi saja semua hotel, pasti nanti ketemu ada kamar yang kosong, saya ucapkan selamat tinggal kepadanya, lalu berjalan pergi.
Pasangan muda itu tidak berkata apa-apa tetapi pelan-pelan mundur dari lapangan parkir dan segera berlalu. Kami juga segera masuk ke mobil dan berangkat pulang.
Sejenak dalam perjalanan pulang, bayang-bayang kedua anak muda itu terus menghantui pikiran saya. Kedua anak muda itu datang dari tempat yang jauh, istriya sedang hamil besar dan mulai panik karena tidak menemukan tempat untuk bermalam. Sekilas saya teringat, bukankah ribuan tahun yang lalu, ada sepasang anak muda naik keledai, si istri hamil tua dan juga kesulitan menemukan penginapan? Anda pasti tahu ceritanya, tidak ada kamar untuk mereka sehingga mereka akhirnya bermalam di kandang binatang dan sang istri melahirkan anak disana.
Saat itu saya langsung berkata kepada Louis, istri saya bahwa kami perlu untuk berputar balik dan menemukan pasangan muda itu. Kami tinggal di rumah yang cukup besar dan ada kamar kosong yang bisa digunakan untuk pasangan muda itu bermalam. Louis adalah seorang yang besar hati, dan tanpa ragu-ragu menyatakan persetujuannya.
Kami kembali ke tempat parkir untuk mencari pasangan muda itu, dan menelusuri jalan mencari mereka. Saya akan gembira jika cerita ini berakhir happy-ending, bagaimana saya menemukan mereka, memberikan kamar kepada mereka dan berteman dengan mereka.
Tapi, sayangnya hal itu tidak terjadi.
Kami tidak dapat menemukan mereka. Saya tidak tahu apakah mereka menemukan kamar atau tidak, karena seperti kedatangannya yang misterius, kepergiannya juga misterius adanya.
Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan pasangan muda itu – tapi saya membayangkan apa yang mereka pikirkan saat bertemu orang yang tidak mau mengerjakan apapun untuk menolong mereka.
Sampai dengan hari ini, saya percaya Tuhanlah yang menguji saya, untuk melihat apakah saya siap membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan. Apakah saya memahami dan mempraktekkan ajaran keagamaan yang telah diajarkan sejak saya kecil.
Saya mengambil pengalaman dari kejadian ini dan belajar memahami apa yang Tuhan inginkan dari saya. Saya harus memahami bahwa MEMBERI bukanlah pada saat yang ENAK dan NYAMAN bagi saya. Saya harus siap memberi SETIAP SAAT ada yang memerlukan, di SETIAP TEMPAT. BUKAN MENUNGGU SITUASINYA ENAK BARU MEMBERI.
Seperti Mother Teresa katakan “Tuhan membuat segalanya sangat jelas.Apapun yang kau kerjakan pada orang miskin, kau melakukannya untuKU. Berikan segelas air, kau memberikannya untukKU. Menerima seorang anak kecil, Engkau menerimaKU”.

By cerita inspirasi on Jumat, 16 Juli 2010 | A comment?

JANGAN BENCI AKU MAMA

Baca kisah ini terharu banget. Apapun kondisi anak kita, tetaplah anak titipan Tuhan yg wajib kita jaga, pelihara, sayangi, bagaimanapun kondisi fisik atau yg lainnya.
Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan.
Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya.
Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja.
Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.
Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali.
Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada Mommy!”
Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, “Tunggu, sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?”
“Nama saya Elic, Tante.”
“Eric? Eric… Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?”
Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar di kepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati…, mati…, mati…
Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric… Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu.” Tapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya.. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric… Eric… Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali…Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu. Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya.
Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya pun keluar dari ruangan itu… Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”
Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu… “Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”
Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan… katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras. “Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana … Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana . Nyonya, dosa anda tidak terampuni!”
Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.
(kisah nyata dari Irlandia Utara)

By cerita inspirasi | A comment?

Sepasang Kaos Kaki

Menjadi “sama dan serupa” atau dengan panggilan “cool”, trendy dengan remaja lain merupakan keinginan semua remaja. Saya masih ingat bagaimana sebagai seorang remaja dalam tahun 70an saya merasakan harus memiliki sepasang kaus kaki sport fesyen yang terbaru yang sedang “in”. Persoalannya, bulan lalu saya baru saja membeli sepasang kaus kaki sekolah.
Tetapi, kaus kaki sport sekarang sedang menjadi kegilaan anak-anak muda, oleh sebab itu saya menjumpai ayah meminta bantuannya.
“Ayah, Saya perlukan sedikit uang untuk kaus kaki sport”, ujar saya satu petang di bengkel di mana ayah saya bekerja sebagai mekanik.
“Nak” ayah kelihatannya terkejut.
“kaus kakimu baru berumur satu bulan, tapi mengapa kini kau perlukan kaus kaki baru?”
“Setiap orang memakai kaus kaki sport yah!” sahut ku.
——————————————————————————–
“Memanglah begitu keadaannya nak, namun untuk ayah mendapatkannya untuk mu amatlah payah” ayah diam seketika.
“Gaji ayah kecil dan sering tidak mencukupi untuk memenuhi keperluan sehari-harian” sambung ayah.
“Ayah, saya akan kelihatan seperti budak bodoh memakai kaus kaki jenis ini ” kataku sambil menunjuk kepada sepasang kaus kaki yang sedang saya pakai.
Ayah memandang dalam-dalam ke mataku.
Kemudian dia menjawab, “Begini saja, Kau pakai kaus kaki ini untuk satu hari lagi. Besok, di sekolah, perhatikan semua kaus kaki dari kawan-kawanmu. Bila selesai sekolah jika kau masih berkeyakinan bahwa kaus kakimu paling buruk jika dibandingkan dengan kawan-kawanmu, ayah akan memotong uang belanja ibumu dan membelikan sepasang kaus kaki sports”
Dengan gembira saya pergi ke sekolah, keesokan paginya, penuh berkeyakinan bahwa hari itu merupakan hari terakhir bagiku memakai kaus kaki yang ketinggalan zaman ini. Saya lakukan seperti apa yang ayah perintahkan, namun tidak saya ceritakan apa yang saya lihat secara teliti.
kaus kaki coklat, kaus kaki hitam, kaus kaki tennis yang sudah kusam, semua menjadi pusat perhatianku. Pada petang hari, saya akan memiliki perbendaharaan baru walaupun dalam ingatanku betapa banyaknya lagi teman-teman di sekolah yang juga memakai kaus kaki bukan jenis sport, bahkan kaus kaki-kaus kaki rosak, berlobang, menganga dan lain-lain bentuk yang sudah mendekati kepunahan sebagai alat pelindung kaki.
Namun banyak juga yang memakai kaus kaki sport yang gagah, yang senantiasa membuat pemiliknya kelihatan penuh bergaya bila si pemiliknya menghentakkannya dengan gagah perkasa.
Setelah sekolah selesai, saya berjalan cepat ke bengkel di mana ayah bekerja. Saya hampir yakin bahwa Senin depan saya juga akan termasuk dalam kelompok yang sedang “in”. Setiap kali saya menghentakkan tumit saya di jalan, saya membayangkan telah memakai kaus kaki sport idaman saya.
Bengkel sepi sekali saat itu. Suara yang terdengar hanya dentingan hentakan besi dari bawah sebuah mobil tua buatan tahun 1956. Udara berbau minyak, namun pada hemat penciuman saya, asyik sekali. Hanya seorang pelanggan sedang menunggu ayah yang sedang bergelut di bawah mobil tua itu.
” Paman ” tanya saya kepada pelanggan yang sedang menunggu, ” masih lamakah? “
“Entahlah. Kau kan tahu sifat ayahmu. Dia sedang membetulkan transmission, namun bila dia mendapati bahwa adanya bagian lain yang tidak betul, dia akan menyelesaikannya juga.”
Saya bersandar pada mobil tua itu. Apa yang dapat saya lihat hanyalah sepasang kaki ayah yang menjulur keluar dari bawah mobil. Sambil menjentik-jentik lampu belakang mobil, secara tidak sadar saya menatap kaki ayah. Pakaian kerjanya berwarna biru tua, kusam dan kotor terkena minyak, lusuh pula. kaus kakinya, berwarna putih tua…. ah …. bukan hitam muda……, dan sungguh-sungguh buruk, sebagaimana mestinya kaus kaki seorang mekanik.
kaus kaki kirinya sudah tidak bertapak, dan bahagian kanan masih memiliki sepotong kecil kulit tipis, yang dahulu bernama tapak kaus kaki. Di hujungnya, sebaris staples mencengkeram kuat kedua belah kulit, mencegah ibu jari kakinya mengintip keluar. Tali rafia menjadi pengikat kaus kakinya dan sebuah lubang memperlihatkan sebagian dari jari kelingkingnya yang terbalut dari cebisan kotak kadbod.
” Sudah pulang nak? ” ayah berkata sambil menggelungsur keluar dari bawah mobil.
“Yes sir” kataku.
” Telah kau lakukan seperti apa yang ku perintahkan hari ini?”
“Yes sir”
“Nah, apa jawabanmu ?” Ayah memandangku, seolah-olah tahu apa yang akan saya ucapkan.
“Saya tetap inginkan kaus kaki sport ” Saya berkata tegas, dan berusaha seboleh-bolehnya untuk tidak memandang kaus kaki ayah.
“Kalau begitu, ayah harus potong uang belanja ibumu….. kenapa tak pergi dan membelinya sekarang?” lalu ayah mengeluarkan selembar uang sepuluh ringgit.
Saya menerima uang itu dan segera berangkat ke pusat membeli-belah berdekatan dengan bengkel di mana ayah bekerja.
Di cermin pamiran disebuah kedai, saya berhenti untuk melihat apakah kaus kaki sportku masih dipamir. Ternyata masih! Dan harganya sembilan ringgit sembilan puluh lima sen. Namun wang saya tidak akan cukup bila saya harus membeli stokin yang akan dipadankan dengan kaus kaki itu agar kelihatan lebih bergaya. Saya berfikir, untuk lari ke rumah dan meminta bantuan dana dari ibu, sebab tidak mungkin untuk saya kembali kepada ayah dan meminta kekurangannya.
Pada saat itu, saya teringat kepada ayah, kaus kaki tuanya terbayang melintasi kedua mataku. Jelas nampak keburukannya, sisinya yang compang-camping, paku paku yang telah mengintip keluar dan sebaris staples yang umumnya dipakai untuk menyepit kertas. kaus kaki kulit usang yang dipakainya untuk menghidupi keluarganya. Pada waktu musim hujan lebat, kaus kaki yang sama dipakainya melintasi jalan-jalan yang banjir, menuju kepada mobil-mobil yang mogok.
Namun ayah tidak pernah mengeluh. Terfikir olehku, betapa banyaknya benda-benda yang seharusnya diingini ayah, namun tidak pernah dimilikinya, semata-mata agar saya mendapatkan apa yang saya ingini. Dan keinginan memiliki kaus kaki sport yang ada di balik kaca pamiran di hadapanku mulai memudar.
Apa jadinya bila ayah bersikap sepertiku. kaus kaki jenis apa yang akan ku pakai saat ini, bila ayahku bersikap seperti saya. Saya masuk ke dalam kedai kaus kaki itu. Sebuah rak besar terpampang megah, penuh berisi kaus kaki sport yang sungguh impressive. Di sebelahnya, terdapat sebuah rak lain, dengan sebingkai tulisan “BIG SALE!! 50% DISCOUNT”.
Dibawah bingkai itu tergeletak kaus kaki-kaus kaki seperti model kaus kaki ayah, beberapa generasi lebih muda, tentunya. Otakku bermain ping-pong. Mula-mula kaus kaki ayah yang buruk. Dan sekarang kaus kaki baru. Fikiran mengenai menjadi “in” dan seirama dengan remaja lain di sekolah. Dan kemudian fikiran mengenai ayah,…. telah mengalahkannya.
Saya mengambil kaus kaki ukuran 42 dari rak yang berdiscount. Dengan segera berjalan ke arah kaunter pembayaran dan membayar harganya sebanyak lima ringgit.
Saya kembali ke bengkel dan meletakkan kaus kaki baru ayah di atas tempat duduknya di dalam mobil. Saya mendapatkan ayah dan mengembalikan wang lebihan.
” Ayah ingat harganya sembilan ringgit sembilan puluh lima sen ” kata ayah.
” Sale ” kataku pendek.
Saya mengambil sapu, dan mulai membantu ayah membersihkan bengkel. Pukul lima petang, dia memberi tanda bahawa bengkel harus ditutup dan kami harus pulang.
Ayah mengangkat kotak kaus kaki ketika kami masuk ke dalam mobilnya. Ketika dia membuka kotak itu, dia hanya dapat memandang tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia memandang kaus kaki itu lama-lama, kemudian menoleh pandangannya kepadaku.
” Ayah ingat kau membeli kaus kaki sport “, katanya, nadanya perlahan.
” Sebetulnya ayah, saya memang berkeinginan memilikinya tetapi …. saya tak sanggup meneruskan niat saya. Bagaimana saya harus menjelaskannya bahwa saya sungguh ingin menjadi seperti ayah? Dan apabila saya menjadi dewasa kelak, saya sesungguhnya ingin menjadi seperti orang sebaik ini, yang Tuhan berikan kepada saya sebagai ayah saya.
Ayah meletakkan tangannya pada bahu saya, dan kami saling berpandangan buat seketika.
Tidak ada kata-kata yang perlu dikatakan.
Ayah menghidupkan mesin mobil, dan kami pulang.
Terima kasih Tuhan, karena engkau telah memberiku seorang ayah yang baik dan bertanggungjawab………….

By cerita inspirasi | A comment?

Sebuah Kisah Di musim Dingin

Negeri China pada masa lalu bukanlah negeri yang kaya seperti saat ini. Pada saat itu, masih sangat banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sepotong kue bagi mereka bisa berarti sebuah nyawa. Inilah kisahnya:
Siu Lan, seorang janda miskin memiliki seorang putri kecil berumur 7 tahun, Lie Mei. Kemiskinan memaksanya untuk membuat sendiri kue-kue dan menjajakannya di pasar untuk biaya hidup berdua. Hidup penuh kekurangan membuat Lie Mei tidak pernah bermanja-manja pada ibunya, seperti anak kecil lain. Suatu ketika dimusim dingin, saat selesai membuat kue, Siu Lan melihat keranjang penjaja kuenya sudah rusak berat. Dia berpesan agar Lie Mei menunggu di rumah karena dia akan membeli keranjang kue yang baru. Pulang dari membeli keranjang kue, Siu Lan menemukan pintu rumah tidak terkunci dan Lie Mei tidak ada di rumah. Marahlah Siu Lan.Putrinya benar-benar tidak tahu diri, sudah hidup susah masih juga pergi bermain dengan teman-temannya. Lie Mei tidak menunggu rumah seperti pesannya. Siu Lan menyusun kue kedalam keranjang, dan pergi keluar rumah untuk menjajakannya. Dinginnya salju yang memenuhi jalan tidak menyurutkan niatnya untuk menjual kue. Bagaimana lagi ? Mereka harus dapat uang untuk makan.
Sebagai hukuman bagi Lie Mei, putrinya, pintu rumah dikunci Siu Lan dari luar agar Lie Mei tidak bisa pulang. Putri kecil itu harus diberi pelajaran, pikirnya geram. Lie Mei sudah berani kurang ajar. Sepulang menjajakan kue, Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak di depan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku dan sudah tidak bernyawa. Siu Lan berteriak membelah kebekuan salju dan menangis meraung-raung, tapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Dengan segera, Siu Lan membopong Lie Mei masuk ke rumah.
Siu Lan menggoncang- goncangkan tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei. Tiba-tiba jatuh sebuah bungkusan kecil dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu, dia membukanya. Isinya sebungkus kecil biskuit yang dibungkus kertas usang. Siu Lan mengenali tulisan pada kertas usang itu adalah tulisan Lie Mei yang masih berantakan namun tetap terbaca ,”Hi..hi..hi. . mama pasti lupa. Ini hari istimewa buat mama. Aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah. Uangku tidak cukup untuk membeli biskuit ukuran besar. Hi…hi…hi.. mama selamat ulang tahun.”

By cerita inspirasi | A comment?