Saat Yang Tepat Untuk Memberi

Kejadiannya berlangsung beberapa tahun yang lalu. Malam itu saya dan istri saya baru selesai makan kenyang di suatu restoran terkenal. Suasana malam itu memang kurang enak karena saat makan malam sempat terlontar beberapa komentar dari saya yang mungkin kurang berkenan di hati istri saya, Louis. Yah, memang saya termasuk spesies yang kurang pandai berkata-kata dan kurang sensitif dalam perasaan.
Saat meninggalkan restoran, saya masih dalam keadaan kekenyangan, dan saat itu terdengar suara seorang pria di lapangan parkir. Dari plat nomer mobilnya, saya tahu ia berasal dari luar kota yang cukup jauh. Pria itu mengeluarkan sebagian kepalanya dari mobil dan mengajak saya bicara.
“Maaf pak, saya dan istri sedang mencari kamar untuk bermalam, semua hotel di sekitar sini telah penuh. Dapatkah Bapak memberikan usul kepada kami dimana kami bisa bermalam?”
Hal itu tidak mengejutkan saya, belakangan ini memang saat banyak-banyaknya turis berkunjung ke kota saya. Tidak heran dia kehabisan kamar untuk bermalam. Saat pria itu bicara, saya melihat bahwa dia dan istrinya adalah pasangan muda, dan menurut pandangan mata saya, istri pria itu sedang hamil besar.
Karena suasana hati saya memang sedang kurang enak, saya tidak ingin berpanjang kata dengannya. Saya mengatakan padanya untuk tetap berusaha mencari terus, kunjungi saja semua hotel, pasti nanti ketemu ada kamar yang kosong, saya ucapkan selamat tinggal kepadanya, lalu berjalan pergi.
Pasangan muda itu tidak berkata apa-apa tetapi pelan-pelan mundur dari lapangan parkir dan segera berlalu. Kami juga segera masuk ke mobil dan berangkat pulang.
Sejenak dalam perjalanan pulang, bayang-bayang kedua anak muda itu terus menghantui pikiran saya. Kedua anak muda itu datang dari tempat yang jauh, istriya sedang hamil besar dan mulai panik karena tidak menemukan tempat untuk bermalam. Sekilas saya teringat, bukankah ribuan tahun yang lalu, ada sepasang anak muda naik keledai, si istri hamil tua dan juga kesulitan menemukan penginapan? Anda pasti tahu ceritanya, tidak ada kamar untuk mereka sehingga mereka akhirnya bermalam di kandang binatang dan sang istri melahirkan anak disana.
Saat itu saya langsung berkata kepada Louis, istri saya bahwa kami perlu untuk berputar balik dan menemukan pasangan muda itu. Kami tinggal di rumah yang cukup besar dan ada kamar kosong yang bisa digunakan untuk pasangan muda itu bermalam. Louis adalah seorang yang besar hati, dan tanpa ragu-ragu menyatakan persetujuannya.
Kami kembali ke tempat parkir untuk mencari pasangan muda itu, dan menelusuri jalan mencari mereka. Saya akan gembira jika cerita ini berakhir happy-ending, bagaimana saya menemukan mereka, memberikan kamar kepada mereka dan berteman dengan mereka.
Tapi, sayangnya hal itu tidak terjadi.
Kami tidak dapat menemukan mereka. Saya tidak tahu apakah mereka menemukan kamar atau tidak, karena seperti kedatangannya yang misterius, kepergiannya juga misterius adanya.
Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan pasangan muda itu – tapi saya membayangkan apa yang mereka pikirkan saat bertemu orang yang tidak mau mengerjakan apapun untuk menolong mereka.
Sampai dengan hari ini, saya percaya Tuhanlah yang menguji saya, untuk melihat apakah saya siap membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan. Apakah saya memahami dan mempraktekkan ajaran keagamaan yang telah diajarkan sejak saya kecil.
Saya mengambil pengalaman dari kejadian ini dan belajar memahami apa yang Tuhan inginkan dari saya. Saya harus memahami bahwa MEMBERI bukanlah pada saat yang ENAK dan NYAMAN bagi saya. Saya harus siap memberi SETIAP SAAT ada yang memerlukan, di SETIAP TEMPAT. BUKAN MENUNGGU SITUASINYA ENAK BARU MEMBERI.
Seperti Mother Teresa katakan “Tuhan membuat segalanya sangat jelas.Apapun yang kau kerjakan pada orang miskin, kau melakukannya untuKU. Berikan segelas air, kau memberikannya untukKU. Menerima seorang anak kecil, Engkau menerimaKU”.

By cerita inspirasi on Jumat, 16 Juli 2010 | A comment?
0 responses to “Saat Yang Tepat Untuk Memberi”